UJIAN GLOBAL - MUSUH YANG SAMA
Bismillahirahmanirahim.
Beberapa waktu belakangan ini secara global, dunia lagi
mengalami fase yang berat. Ada wabah virus yang heboh banget. Coronavirus atau
lebih spesifik lagi COVID-19 (Coronavirus Disease 2019). Awalnya, virus ini ada
di Wuhan, China. Setelah itu, virus itu menyebar ke negara yang lain. Kenapa
jadi heboh? Karena dalam jangka waktu singkat, banyak banget yang udah terpapar
virus ini dan beberapa meninggal. Gejala yang dirasa sama pasien adalah gejala
yang umum dirasakan kalau kita mau flu. Tapi, kecepatan dari penyebaran virus
ini menjadikan hal ini menakutkan. Ditambah lagi, belum ada vaksin untuk virus ini.
Pertama, Wuhan, yang disebut sebagai daerah awal virus ini
berasal memutuskan untuk “mengunci diri”, semua akses keluar dan masuk kota
benar-benar dibatasi. Kota sepi banget. Lockdown. Istilah ini jadi trend baru
akhir-akhir ini. Dengan melakukan lockdown di suatu daerah, maka benar-benar
gak bisa ada yang keluar dari rumah atau tempat tinggalnya. Semua harus dilakukan
di rumah. Benar-benar hanya di dalam. Yang dibolehin keluar hanya beberapa
petugas untuk urusan yang benar-benar penting.
Ternyata walaupun sudah dilakukan pencegahan penyebaran
virus lebih luas, langkah ini tidak menjamin. Negara lain juga mengalami hal
serupa. Bahkan negara Eropa dan Asia beberapa sudah melakukan lockdown. Arab
Saudi menutup akses untuk kedatangan umroh. Haji tahun ini pun bisa terancam. Istilah
lockdown menjadi terdengar menakutkan, karena akses sangat amat terbatas. Panic
buying sebelum lockdown membuat masalah baru.
Di Indonesia sendiri sejak kasus pertama dan kedua terjadi
sampai hari ini aku post ini sudah ada lebih dari 680 kasus positif. Lebih dari
50 kasus dinyatakan meninggal. Walaupun, Alhamdulillah masih ada 30 kasus yang
dinyatakan sembuh. Rumah sakit darurat khusus disiapkan untuk virus ini. Hal
yang paling menyedihkan dari semua kasus adalah ketika pasien dinyatakan positif,
tidak boleh ada interaksi sama sekali dengan orang lain (kecuali tim medis).
Keluarga sama sekali tidak bisa melihat. Mungkin bisa melalui vcall atau
telepon. Ketika pasien dinyatakan meninggal, tidak ada keluarga yang bisa
menemani. Protokol pemakaman dsb dilakukan oleh tim khusus (harus dengan APD) tanpa
keluarga yang hadir. Tempat pemakaman pun ditentukan oleh pihak pemerintah.
Banyak sekali curhat dari para keluarga mengenai hal ini. Aku, yang secara
pribadi pernah mengalami kehilangan merasa nyesek banget.
Selain lockdown, ada istilah social distancing dan stay at
home yang jadi trend. Untuk membantu memutus mata rantai penyebaran virus ini,
pemerintah seluruh dunia meminta masyarakat untuk menjauhi keramaian dalam
bentuk apapun. Menjaga jarak kurang lebih 1 meter dari orang lain. Berusaha
sebaik mungkin berada di rumah dan tidak berinteraksi dengan orang lain. Dan pastinya, menjaga kebersihan diri. Sanitasi diri sendiri. Masjid
mulai mengumumkan kalau sementara waktu shalat berjamaah, shalat jum’at,
kajian, dsb ditiadakan.
source: WeHeartIt |
Bumi sedang sakit. Tempat-tempat paling ramai di seluruh
dunia menjadi tempat paling sepi. Adzan dikumandangkan berbeda di beberapa
daerah. Perintah shalat berjamaah diganti dengan perintah shalat di rumah
masing-masing. Tawaf di Masjidil Haram kosong. Secara pribadi, ini yang paling memilukan.
Mekkah, kota yang tidak pernah tidur, menjadi sangat amat lengang. Shalat
berjamaah hanya ada 2 shaf. Kurang dari 30 orang. Kota pusat muslim sepi. Ulama-ulama
dan guru-guru muslim terus mendapatkan pertanyaan tentang virus ini. Yang aku yakin pasti pemuka agama lain juga menerima banyak pertanyaan yang sama.
Satu hal yang aku yakin dipercayai oleh seluruh manusia saat
ini adalah bahwa kami tidak ada apa-apanya dihadapan Tuhan. Di hadapan Allah.
Manusia pemimpin di muka bumi. Makhluk paling sempurna yang diciptakan oleh Allah,
saat ini harus berperang dan melindungi diri dari makhluk Allah yang sangat
amat kecil dan tidak terlihat. Makhluk yang Allah ciptakan dalam waktu sekejap
bisa melemahkan kekuatan manusia paling berkuasa di dunia sekalipun. Manusia
sering merasa sebagai makhluk paling superior, kali ini harus melawan makhluk
Allah lain yang tidak memiliki arogansi apapun.
Tim medis menjadi satu-satunya pasukan khusus untuk perang
ini. Yang bisa kita lakukan untuk membantu tim medis adalah memfokuskan
donasi-donasi yang mungkin dilakukan untuk meringankan petugas medis. Apapun
bentuknya. Paling ringan adalah dengan tetap tinggal di rumah dan mengurangi
interaksi dengan orang lain.
Tidak ada waktu untuk mengurusi hal yang lain. Tidak ada
waktu untuk memperdebatkan hal lain. Allah benar-benar menguji seluruh umat-Nya
kali ini. Seberapa banyak batasan dari Allah yang sudah kita lewati sampai
Allah mengizinkan hal ini untuk terjadi? Berdiam diri di rumah, mengurangi
aktivitas duniawi apakah salah satu teguran Allah supaya kita lebih banyak
berbicara dengan-Nya? Lebih banyak merenungi apa yang sudah kita lakukan? Lebih menguatkan
ikatan kita secara pribadi dengan Allah? Kembali menghadap Allah.
Sekali lagi, doa menjadi satu-satunya senjata tidak kasat
mata untuk lawan yang tidak kasat mata.
#staysafe #stayathome
source: WeHeartIt |
Komentar
Posting Komentar